Di suatu daerah bernama Surantaha berkuasalah Ki Gede Galuh Koang yang beragama Budha. Penguasa yang sakti mandraguna dan banyak pengikutnya ini memiliki keris pusaka yang ampuh. Setelah agama Islam datang, secara terang-terangan ia bersama pengikutnya menolak masuk agama Islam.
Penolakan Ki Galuh Koang terhadap agama Islam terdengar oleh Mbah Kuwu Cerbon sehingga beliau memerintahkan salah seorang muridnya bernama Nyi Mas Gandasari untuk menyampaikan ajaran agama Islam ke Surantaha. Walaupun seorang wanita, Nyi Mas Gandasari dipandang dapat menandingi Ki Galuh Koang, apalagi penguasa Surantaha itu belum beristri.
Setelah mendapat perintah Mbah Kuwu Cerbon, Nyi Mas Gandasari segera berangkat menuju Surantaha, akan tetapi sebelumnya ia singgah di Cengkuang dengan maksud untuk mengatur siasat mengingat pesan Mbah Kuwu Cerbon agar tugas dilaksanakan secara halus sehingga Ki Galuh Kowang menjadi lemah dan masuk Islam.
Sesampainya di Surantaha ia terlebih dahulu menemui murid-murid KiGaluh Kowang untuk memberi pengertian tentang agama Islam, dengan harapan murid-murid Ki Galuh Kowang dan gurunya mau masuk agama Islam.
Ki Galuh Kowang tetap menolak. Nyi Mas Gandasari terus berusaha dengan siasat lain yaitu dengan membuat taman di suatu tempat antara Cengkuang dan Surantaha. Di dalam taman tersebut dibuat kolam yag di pinggirnya ditanami pohon bambu beserta buah-buahan sehingga sangat menarik siapa saja yang melihatnya.
Keindahan taman tersebut terdengar oleh Ki Galuh Kowang sehingga timbul keiinginannya untuk melihat dan membuktikan sendiri. Penguasa Surantaha itu sangat tertarik dan selanjutnya mandi sekalian melepas lelah. Kesempatan tersebut dimanfaatkan Nyi Mas Gandasari keluar dari rumpun bambu tempat persembunyiannya. Dengan hati-hati ia mengambil keris pusaka Ki Gede Galuh Kowang yang disimpan di pinggir kolam, selanjutnya ia memanggil Ki Gede Galuh Kowang.
Mendengar namanya dipanggil seorang wanita, Ki Gede Galuh Kowang terperanjat dan bukan main kagetnya ternyata keris pusaka miliknya telah dipegang Nyi Mas Gandasri. Setelah Ki Gede Galuh Kowang naik ke darat Nyi Mas Gandasari berkata “ Hai Ki Gede Galuh Kowang, sebaiknya sekarang kamu masuk agama Islam “.
Ki Gede Galuh Kowang menjawab ; “Aku tidak mau tunduk kepada seorang wanita, dari pada aku masuk agama Islam lebih baik aku mati. Aku malu apabila ditundukkan seorang wanita “.
Nyi Mas Gandasari dengan sebilah keris di tangan seakan-akan hendak menubruk Ki Gede Galuh Kowang. Ki Gede Galuh Kowang merasa takut akan keampuhan keris miliknya sendiri, lalu melarikan diri kearah barat hingga perbatasan Cirebon dan Sumedang. Di sana Ki Gede Galuh Kowang menghilang (moksa), yang terdengar oleh Nyi Mas Gandasari hanyalah suara tanpa rupa,
“ Kelak anak cucu kita bila dikawinkan, walinya harus dari Cengkuang ” kata-kata tersebut menggambarkan kekecewaannya karena ditundukkan seorang wanita, namun yang menjadi wali perkawinan tetap harus laki-laki seperti dirinya.
Nyi Mas Gandasari kembali ke pertamanan. Ia menyebut tempat tersebut yang semula bernama Surantaha menjadi Ciawi ( bahasa Sunda ). “Ci” artinys air, dan “awi” berarti bambu. Hal tersebut didasarkan kepada peristiwa terjebaknya Ki Gede Galuh Kowang di pertamanan yang terdapat serumpun bambu yang memancarkan air ke kolam.
Pada tahun 1985 Desa Ciawi dimekarkan menjadi dua wilayah desa. Wilayah selatan sebagai Desa Ciawi dan wilayah utara Desa Cengkuang. Batas-batas wilayah Desa Ciawi adalah :
Utara
|
:
|
Desa Cengkuang
|
Timur
|
:
|
Desa Danawinangun
|
Selatan
|
:
|
Desa Klangenan
|
Barat
|
:
|
Desa Lungbenda dan Tegal Karang
|
Nama-nama Kuwu/ Kepala Desa Ciawi yang diketahui antara lain
No.
|
N am a
|
Tahun
| |
1.
|
Ki Demang
|
:
|
-
|
2.
|
Ki Naridin
|
:
|
1847 – 1879
|
3.
|
Ki Jaya
|
:
|
1880 – 1889
|
4.
|
Ki Toyib
|
:
|
1890 – 1909
|
5.
|
Ki Semita
|
:
|
1910 – 1914
|
6.
|
Ki Asrawi
|
:
|
1915 – 1920
|
7.
|
Ki Artawi
|
:
|
1921 – 1931
|
8.
|
Sanggon
|
:
|
1932 – 1941
|
9.
|
H. Ridwan
|
:
|
1941 – 1966
|
10.
|
H. B Samain
|
:
|
1967 – 1985
|
11.
|
Tukiyo
|
:
|
1986 – 1988
|
12.
|
D Ibrahim
|
:
|
1989 – 1996
|
13.
|
H. M Tutas
|
:
|
1197 – 2001
|
14.
|
Muana
|
:
|
2001 – 2010
|
15
|
Marsadi
|
:
|
2012 - Sekarang
|
punten kang, akang asli org cengkuang ciawi bogor?
ReplyDelete